Muntahan Marhaenis Millenial
Aku tidak menulis, aku muntah. Karena muak dengan penindasan. Caci maki kaum hartawan. Dan perilaku menyimpang yang di anggap wajar simpatisannya. Yang mengeluh-eluhkan perjuangan nya, si pencoleng kekayaan Negara.
Kepandaian harusnya memancarkan keindahan, seperti mata air yang menyuburkan padi- padi disawah. Tapi disini tidak. Kepandaian laksana api unggun, yang membakar pantat kuali sampai hangus. Membikin air di dalamnya jadi menggelodok. Menguapkan air pada tutup panci. Yang meneteskan air mata.
Seorang berdiri disini, dengan mata kosong tapi mengandung makna, di temani orang- orang dengan pandangan mata menyala. Sambil menganyunkan pena, keyboard, atau apa saja yang dapat di jadikan senjata. Laksana pedang memusuk-nusuk dada mereka. Yang dadanya telah kebal. Telinganya tuli, dan mulutnya membisu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar