Kamis, 02 November 2017

Apa, mengapa, dan siapa itu kaum Marhaen ??



Apa, mengapa, dan siapa itu kaum Marhaen ??

Di jaman sekarang ini, persaingan sudah semakin ketat. Pun kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Ketimpangan sosialpun merupakan sesuatu kelaziman yang terjadi, akibat dari penumpukan harta oleh pihak- pihak pemenang. 

Para pemenang dalam persaingan ini umumnya juga berasal dari orang kecil. Yang berjuang keras hingga mendaptkan hasil yg di inginkan. Lalu, bagaimanakah dengan mereka yang kalah dalam pergulatan ?? Biasanya, mereka terlempar ke jalan- jalan penuh bebatuan. Mereka menjadi orang- orang yang di kecilkan, dan terpuruk dalam lubang kemiskinan. 

Sekilas, persaingan itu adalah sesuatu yang biasa di dalam kehidupan. Hal itu adalah lumrah terjadi antar manusia. Terlebih bagi meraka yang menyetujui faham Adam Smith bahwa hakikat manusia adalah serakah dan egoistis.

Kembali ketopik pembicaraan mengenai Marhaen (orang kecil). Meski sekilas persaingan adalah hal yang wajar bagi sebagian kita. Namun ada juga yang berpendapat bahwa ada kejanggalan dalam sistem persaingan yang ada saat ini. Dimana, seorang yang kaya raya, akan terus kaya sampai beberapa generasi selama generasi tersebut masih dapat mengelolah kapitalnya (modal) dengan baik bahkan lebih baik. Begitu pula bagi si miskin yang tidak memiliki modal. Mereka akan terus terhimpit kesengsaraan demi kesengsaraan entah sampai kapan. 

Lalu pertanyaan selanjutnya, mengapa kaum miskin sulit terlepas dari kemiskinannya ?.
Sejauh yang kita ketahui bersama , kaum kapital lekas kaya di karenakan memiliki modal untuk membiayai suatu produksi yang akan mendapatkan keuntungan yang besar ketika di jual ke pasar. Nah, keuntungan yang besar ini lah yang tidak di bagikan secara adil oleh para pemilik modal. Mereka yang tidak memiliki modal, namun mengerjakan suatu produksi hanya akan di berikan upah maksimal yang hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari bahkan beberapa orang mungkin tak mampu mencukupi kebutuhan hidup tersebut. 
Hal inilah yang membuat pemilik modal jadi semakin kaya. Dan si miskin akan tetap pada kemiskinannya. 

Lalu bagaimana dengan kaum tani dan pengusaha kecil lainnya ?? Mereka ini sedikit berbeda dengan kaum Marhaen pekerja seperti yang di sebutkan sebelumnya. Kaum tani dan pengusaha kecil ini memiliki modal pula dalam jumlah yang kecil. Namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan akan bangkrut juga jika tidak benar- benar menjaga modal. Kaum Marhaen yang seperti ini lah yang menurut Bung Karno paling banyak dan paling relevan di Indonesia. Saat itu, lebih- lebih saat ini. Meskipun jumlah Marhaen pekerja juga meningkat sampai dengan sekarng.

Lalu apakah suatu inisiatif atau gagasan untuk bisa melepaskan diri dari cengkraman para pemilik modal itu. Dan bahkan pula kita dapat menjadi pemilik modal yang tidak menindas para Marhaen pekerja. Dan tidak pula menendang atau mengesampingkan Marhaen kaum tani dan pengusaha kecil ?
Bahkan merangkul dan memerdekakan mereka.

Antara lain ada 2 macam jalan yang sudah kita ketahui bersama ;

1. Merebut kekuasaan politik (lewat jalan konstitusional) agar dapat menerapkan kebijakan-kebijakan dan menolong kaum marhaen.

2. Bersatu padu, bahu membahu, tolong menolong antara sesama Marhaen dan terutama sekali bagi kaum Marhaen yg telah berhasil memenangkan persaingan ini, agar minimal tidak mewarisi sistem lama yang mencekik kaum Marhaen.

Sekarang, apakah ada jalan lain jikalau kedua hal tersebut tidak dapat berjalan ? Tentu sudah kita ketahui bersama. Bahwa manusia- manusia yang telah memiliki jabatan ataupun kekayaan akan dengan mudah nya melupakan kaum Marhaen. Mereka lebih memilih menjadi borjuis nan hedonis. Disinilah peran agama di perlukan. Agama sebagai norma- norma kehidupan yang di buat Tuhan. Meskipun sering di gunakan oleh para kaki tangan kapitalis untuk melindungi kekayaannya. Pun agama juga dapat dan sesungguhnya memang tujuan agama adalah menimbulkan kesadaran manusia akan prikemanusiaan dan prikeadilan. 
Bahkan di Indonesia, suatu kelompok dari suatu Agama. Telahlah pula menyumbanhkan begitu besar jasanya bagi kaum Marhaen Indonesia. Dengan menyediakan wadah untuk mendidik massa Marhaen sehingga memiliki modal berbagai macam jenis ilmu dan keahlian agar kelak massa marhaen akan bisa berdikari ( berdiri diatas kaki sendiri). Hal demikian inilah antara lain yang dapat pula di terapkan dalam organisasi atau kelompok- kelompok yang mendasarkan pada ideologi marhaenisme ini. Meski di beberapa tempat hal ini sudah dapat di laksanakan. Tetapi hal ini masih perlu gencar lagi di lakukan. Mengingat jumlah kaum Marhaen yang tidak sedikit. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar