Minggu, 29 Oktober 2017

Revolusi ku, Revolusi mu, Revolusi kita menuju masyarakat yang Berdikari

Revolusi ku, Revolusi mu, Revolusi kita menuju masyarakat yang Berdikari

"Meski tak seorangpun mendukung revolusiku, tapi aku akan terus berjalan.
Memang demikian,ada sesuatu ketakutan di dalam diriku untuk menerjang arus yang teramat kencang. Namun itu tak menghalangi fikiran ku. Tuhan ku, engkau yang kutuju. Hanya dengan ridhoMu lah semua akan terlaksana, maka anugerahkanlah aku kekuatan agar dapat melalui semua ini."

Sejak pertama menjalani hidup ini, aku merasakan sesuatu keanehan yang sangat ketara. Dimana kebohongan adalah tanda kepandain, dan kejujuran sebagai tanda kebodohan. Hari berganti hari aku dipaksa menjalani, tanpa bisa memahami. Kaki dan tangan ku seakan terikat belenggu, sambil menanggung berat beban hidupku.

Aku tidak merdeka, kemerdekan yang selama ini di kumandangkan hanyalah suatu pertandaan dari awal sebuah perjuangan baru. Kesana kemari aku menyaksikan bagimana penindasan itu terjadi, tanpa seorangpun yang dapat membantu. Kami harus berjuang sendiri-sendiri, dengan semboyan memangsa atau di mangsa. Jiwaku berkali-kali berontak akan hal ini.
Tapi apa yang bisa ku perbuat hanyalah menggerutu, sampai akhirnya aku menemukan jalan baru. Yang ku harap dapat mengubah hidupku, dan dapat pula mengubah nasib orang-orang sepertiku. Kemandirian, ya hal demikianlah kiranya yang dapat memerdekan diri-diri kita dari penindasan. Dengan kemandirian kita kelak tak butuh lagi mengemis-ngemis pekerjaan pada kaum penindas, dan di harapkan pula bahwa masing-masing dari kita yang telah lama tertindas dan kini dapat lepas dari belenggu itu. Tidak lagi mewariskan hal tersebut kepada generasi selanjutnya. Kini, aku masih dalam perjuangan ku, masih dalam revolusi ku. Untuk mencapai jiwa yang berdikari, yang tak membutuhkan lagi belas kasihan dari kaum imperilism dan kaki tangannya yang berakhlak rendah itu.

Lalu apakah paham Marxisme-Leninisme adalah sebuah jawaban untuk masalah ini??

TIDAK!!!....Marxisme-Leninisme bukanlah lagi suatu jawaban, untuk melepaskan diri rakyat dari kesengsaraan. Justru marxisme-leninisme itu adalah alat yang di salah gunakan oleh para pemimpin diktator untuk mengeksploitasi rakyatnya.
Saya lebih memilih apa yang dirumuskan oleh bapak bangsa kita yaitu Marhaenisme, ya... ideologi yang di ramu oleh Bung Karno muda itu adalah paham yang cukup relevan untuk mengatasi segala kesengsaraan ini. Walau harus dengan sedikit perubahan mengingat keadaan zaman yang sedikit berbeda.

Selain itu ada hal lain yang juga masih cukup relevan untuk dijalankan di masa sekarang,yaitu mengenai rumusan Bung Karno tentang sosialisme Indonesia. Yang kerangkanya antara lain ; menuju masyarakat tanpa eksploitasi mengeksploitasi antar anak bangsa maupun antar bangsa kepada bangsa yang lainnya.

Seperti itulah kira-kira rumusan beliau yang saya fikir cocok dengan keaadaan yang terjadi, dan agaknya dapat menjadi jawaban dari segala persoalan yang saya dan kawan -kawan sebagai rakyat alami.
Sudah tentu ada ribuan bahkan jutaan hal lain yang dapat pula dipakai dalam memecahkan pesoalan-persoalan yang ada. Dan tidak sempat saya cantumkan disini.
Mungkin di lain kesempatan akan dapat saya tuangkan pada itulisan saya berikutnya.

Demikianlah tulisan singkat ini saya buat, agar supaya dapat bermanfaat. Terutama sekali bagi diri saya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar